Arni
Dewi Boronnia
Fakultas
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta
Foto : Arni |
Untuk akar wangi,
beliau mengambil dari perkebunan di dekat daerah asalnya di Gunung Kidul.
Beliau menjual akar wangi yang belum diolah, hanya bersihkan dan diikat
kecil-kecil. Harga untuk akar wangi tersebut sangat murah, yaitu 1500 rupiah.
Pangsa pasar akar wangi tersebut hanyalah berkisar penduduk lokal, yang
notabene adalah orang Jawa/Jogja. Rumput
akar wangi (Vetiveria zizanioides, syn. Andropogon zizanoides)
adalah sejenis rumput yang berasal dari India. Tumbuhan ini dapat tumbuh sepanjang
tahun, dan dikenal orang sejak lama sebagai sumber wangi-wangian. Tumbuhan ini
masih sekeluarga dengan serai atau padi. Akarnya yang dikeringkan secara
tradisional dikenal sebagai pengharum lemari penyimpan pakaian atau
barang-barang penting, seperti batik dan keris. Aroma wangi ini berasal dari
minyak atsiri yang dihasilkan pada bagian akar (Wikipedia). Sesuai
dengan namanya, penggunaan akar wangi tak jauh dengan hal-hal yang berhubungan
dengan wewangian. Akar wangi merupakan bahan yang digunakan untuk menghasilkan
minyak vetiveria (minyak esensial), yang dibutuhkan dalam industri kosmetik,
parfum, serta sabun untuk mandi. Akar wangi juga dapat digunakan untuk mengusir
serangga .bahkan ramuan akar wangi dapat digunakan sebagai obat kumur serta obat
gosok.
Untuk sistematika
penjualan, Pak Darno memikul semua dagangannya sendiri dan berjalan kaki dari
satu pasar ke pasar lain di waktu pagi hingga siang hari. Di waktu siang hingga
sore hari, Pak Darno memilih berdagang di depan Benteng Vredeburg Jalan
Malioboro. Menurut beliau tempat tersebut sangat strategis karena dilalui
banyak orang dan banyak dari teman-teman pedagang kaki lima seperti beliau juga
berdangang di sana waktu sore.
Berdasarkan
penuturan Pak Darno yang berjualan serta membuat sendiri kerajinan bambu, saya
menilai bahwa beliau cukup kreatif dan terampil dalam membuat kerajinan. Hal
tersebut merupakan potensi yang masih dapat dikembangkan. Pak Darno dapat
mencoba membuat kerajinan dari akar wangi yang tidak memerlukan proses kimiawi
yang rumit namun hanya dibutuhkan kreativitas, misalnya kipas, tampah, kere,
atau kap lampu. Dengan pengolahan lebih lanjut akar wangi, pangsa pasar yang
dituju tidak lagi hanya berkisar masyarakat sekitar, namun juga dapat
menjangkau pangsa pasar wisatawan dalam negeri, bahkan luar negeri. Keuntungan
yang didapat pun akan bertambah. Keuntungan tersebut bukan hanya berupa
keuntungan uang untuk Pak Darno, namun juga keuntungan untuk wilayah kita
sendiri karena dapat memanfaatkan simpul pariwisata untuk mempromosikan
industri kreatif olahan bangsa sendiri. Untuk langkah yang lebih jauh lagi, Pak
Darno dapat juga memberdayakan masyarakat di sekitar rumah beliau di Gunung
Kidul untuk membuat kerajinan akar wangi dan juga bambu serta memasarkannya.
Pak Darno dapat berperan sebagai pionir pemberdayaan pembuatan kerajinan akar
wangi dan bambu, sehingga efek selanjutnya yang ditimbulkan adalah banyaknya
tenaga kerja lokal yang terserap dan mengurangi efek urbanisasi masyarakat yang
mengarah ke Kota Jogja serta membangkitkan ekonomi lokal.
1 Comments
Mbak Arnie, beli akar kayu wangi di mana ya? Apa saya harus ke yogya? wah cape dan saya sedang tidak libur je. Nanti kalau ada reuni di UP45 saya mau borong akar wangi ah. kapan ya?
ReplyDeleteTidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji