Yuliana Asri
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Foto : Elisa |
Artikel ini diambil dari http://www.ceritainspirasi.net/bunga-untuk-ibu/,
yang menceritakan tentang kisah seorang gadis yang memberikan setangkai mawar
kepada ibundanya, tepatnya di hari ibu. Pagi itu, seorang pria tampan yang
turun dari mobil mewah, ingin membelikan bingkisan kado kepada ibunya yang
berada di kampung. Kado tersebut akan dikirimkan melalui pos karena jarak yang
membuat ibu dan anak ini berpisah. Namun, langkah pria tersebut terhenti ketika
melihat gadis cantik yang berada di toko bunga, ternyata ia adalah adik
angkatan masa ia kuliah dulu. Gadis itu hanya memandangi lesu bunga-bunga yang
ada di etalase. Pria tersebut akhirnya memberanikan untuk bertanya, mengapa
hanya memandangi bunganya? Gadis itu hanya menjawab, saya ingin memberikan
rangkaian bunga ini untuk ibuku tapi uangku tidak cukup untuk membelinya. Pria
tersebut merasa iba, dan akhirnya ia membelikan bunga tersebut dan mengajaknya
untuk pulang bersama. Namun gadis itu tiba tiba menyuruhnya untuk berhenti
mengendarai, dan ia terkejut ketika berhenti dipemakaman umum. Dengan sangat
terharu, gadis itu meletakkan rangkaian bunga tersebut di atas tanah makam,
ternyata makam itu adalah makam ibunya. Ia ditinggalkan ibunya saat ibunya
melahirkannya, jadi gadis itu tak tahu wajah ibunya, bahkan merasakan kasih
sayangnya.
Melihat kejadian itu, setelah mengantarkan
gadis tersebut pulang, ia membatalkan akan mengirimkan bingkisan kado tersebut
kepada ibunya. Ia justru berniat untuk pulang dan ingin bertemu dengan ibunya
di kampung, bahkan ia sudah merencanakan akan memeluknya ibundanya erat,
bersujud di kakinya, meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat selama
ini dan berjanji akan merawat ibundanya sampai akhir hayat.
Artikel ini merupakan sebuah
sosial learning yang menceritakan betapa anugrahnya seorang ibu, bahkan
ia adalah seorang pahlawan bagi anak- anaknya. Di dalam artikel ini aktornya
merupakan tingkat individu, sesuai dengan teori Walgito B (1994), hal tersebut
merupakan interaksi sosial, bahwa hubungan antara individu satu dengan yang
lain individu, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau
sebaliknya, jadi terdapat daya hunbungan timbal balik(Walgito, 1994), yakni ibu
dan anaknya. Dengan bercerita dan mengajak ke suatu tempat yaitu pemakaman,
membuat hati pria tersebut tergugah untuk segera pulang menemui ibundanya
merupakan personal atau motif karakter. Berada di lingkungan sosial primer,
tingkat individu. Adapun consequence
positivenya, yaitu membuat pria tersebut lebih menyayangi ibundanya, karena
selama ini jaraklah yang memisahkan ibu dan anak ini. Negativenya, mengapa baru
sekarang memahami bahwa ibulah yang mengerti semua kondisi anaknya, hanya
karena mengantar gadis tersebut di pemakaman.
Social learning merupakan segala perubahan perilaku yang terjadi
karena individu mengalami sendiri hal itu, jadi proses tersebut melibatkan
orang lain. Menurut teori Thorndike (classic learning theorist) tahun
1911 (dalam fisher, 1982:41 dalam Shinta, 2002), tentang social learning
bahwa, terkenal dengan the law of effect, mengatakan bahwa perilaku yang
membawa akibat (efek) memuaskan akan cenderung diulangi lagi, sebaliknya
perilaku yang membawa akibat tak menyenangkan, maka tak akan diulanginya lagi.
Pengendalian yang dilakukan, pria tersebut harus mengurangi jam kerja ketika di
kota. Prediksinya seseorang bisa lebih menghargai keberadaan org lain, terutama
yang paling berjasa dihidupnya.
Daftar pustaka
Walgito, 1994, psikologi sosial, suatu
pengantar, Yogyakarta. penerbit ANDI OFFSET
Arundati Shinta A, (2002) Pengantar psikologi
sosial edisi 2, yogyakarta : Universitas Proklamasi 45