Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

SEMINAR ENERGI BARU TERBARUKAN:



KITA TIDAK BOLEH BERGANTUNG PADA ENERGI FOSIL


Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogykarta


Tamu yang hadir pada 7 Agustus 2017 adalah Ir. Muhammad Kismurtono. Beliau memberikan topik yang berjudul: The challenges of biofuel implementation in Indonesia: Environmental prospects. Beliau berasal dari lembaga yang keren yaitu Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam, The Indonesia Institute of Sciences (LIPI), Gunung Kidul, Wonosari, Indonesia 55861.

Beliau hadir di UP45 sebagai salah satu pembicara pada Seminar Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Prosedur Penyiapan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Moderator seminar adalah Wakil Rektor I yaitu Syamsul Ma’arif, ST., MEng. Peserta yang hadir pada seminar tersebut adalah seluruh dosen UP45 dan beberapa tamu undangan.  Situasi seminar adalah semarak dan banyak pertanyaan dilontarkan pada nara sumber. Meskipun topiknya teknis, namun masalah-masalah sosial juga disinggung. Psikologi lingkungan sangat relevan dengan tema seminar ini.


Persediaan energi di Indonesia adalah masyarakat Indonesia sangat membutuhkan energi. Energi digunakan untuk keperluan industri dan transportasi. Energi tersebut mayoritas diperoleh dari crude oil / fossil fuels (energi tidak terbarukan). Energi tidak terbarukan itu lama-lama akan habis. Ini karena jumlah penduduk Indonesia sangat banyak dan semuanya tnetu membutuhkan energi untuk kelangsungan hidupnya.

Untuk mengatasi kelangkaan energi dan persipan menuju energi ramah lingkungan, maka berbagai bahan berikut ini dapat diuabh menjadi energi. Bahan-bahan tersebut adalah:
  1. Kotoran sapi
  2. Limbah jatropha
  3. Limbah kelapa sawit (palm oil mill effluent atau POME).
  4. Empty Fruit Brunch (EFB).
  5. Limbah dari Usaha Kecil Menengah Tahu
  6. Waste of industry from bioetanol / vinase

Bahan bakar dari tumbuh-tumbuhan semula dianggap lebih bak karena karbon yang dlepas ketika hutan dibakar bisa diseimbangkan dengan karbon yang terserap ketika tanaman itu tumbuh. Ternyata pelepasan karbon masih berlanjut karena mengubah tanaman menjadi bahan bakar juga melepas emisi. Ini terjadi antara lain ketika proses pembakaran (industri besar / kecil dan rakyat pedesaan) dan transportasi.

Kesimpulan diskusi:
Ø  Kebijakan Pemerintah Indonesia seharusnya bisa mempromosikan metode produksi yang berkesinambungan. Hal ini terutama ditujukan untuk biofuel. Hal ini penting untuk menghindari dampak langsung / tidak langsung yang merusak hutan Indonesia.
Ø  Dana keunagan hendaknya difokuskan untuk penelitian dan pengembangan untuk mempromosikan metode produksi yang berkesinambungan. Hal ini terutama ditujukan untuk pengmabangan biofuel second generation, bukan biofuel first generation.

Post a Comment

0 Comments