TAMU
PADA SEMINAR NASIONAL MULTIDISIPLIN 2017 DI UP45
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Manajemen kinerja
hendaknya ditetapkan berdasarkan fokus perhatian pada prestasi individu serta
pencapaian tujuan kelompok / organisasi. Manajemen kinerja ini juga harus
dimulai dari pengembangan kerangka yang disepakati bersama untuk mencapai
tujuan kelompok, kriteria yang digunakan dalam penilaian, dan persyaratan
kompetensi yang dibutuhkan. Adanya manajemen kinerja dalam suatu organisasi
akan membuat karyawan mampu memahami dan memberi makna bersama atas proses dan
tujuan organisasi. Selain itu, kapasistas individu tetapdapat dipantau,
dikelola dan dikembangkan dengan optimal baik untuk tujuan jangka pendek /
panjang. Pengelolaan tersebut dilakukan oleh manajemen lini terdepan. Manajemen
kinerja ini juga mengandung shared
process, yang mana para manajer dan seluruh karyawan bersama-sama mengelola
kepentingan organisasi dengan tidak melupakan kepentingan individu.
Manajemen kinerja
sangan mementingkan adanya kerjasama yang solid antara pihak manajemen dan
karyawan, demi kepentingan organisasi secara makro. Sayangnya, ada banyak
persepsi yang keliru tentang manajemn kinerja. Persepsi keliru tersebut antara
lain:
- Manajemen kinerja sebagai suatu sistem yang diterapkan oleh manajemen terhadapkaryawan saja, sedangkan para manajer tidak dikenai sistem tersebut.
- Manajemen kinerja merupakan cara untuk memaksa karyawan agar mereka dapat bekerja lebih baik dan lebih keras.
- Manajemen kinerja hanya diperlukan untuk memperbaiki rendahnya kinerja organisasi.
- Manajemen kinerja terdiri dari ritual mengisi formulir sekali setiap tahun.
Pada masa lampau, penilaian
kinerja berdasarkan dari prestasi individu. Jadi, bila karyawan mampu
menunjukkan prestasi yang luar biasa, maka ia dapat dengan mudah mencapai
posisi di puncak organisasi atau setidaknya menempati lapisan elit dalam
organisasi. Padahal manajemen kinerja tidak hanya melihat prestasi individu
saja namun juga kebutuhan organisasi, kondisi usaha yang dihadapi, dan
lingkungan usaha yang dialami. Secara umum, pengelolaan kinerja hendaknya
dilihat sebagai suatu sistem tersendiri yang nantinya akan berinteraksi dengan
sistem-sistem lain di dalam organisasi. Sistem-sistem tersebut antara lain:
- Memberikan inisiatif kepada para pekerja.
- Menyediakan pendampingan (coaching) dalam upaya pengembangan kinerja individual.
- Adanya sistem umpan balik yang lebih segera dan sering dilakukan.
Berdasarkan sistem
di atas, maka tuntutan kinerja tidak hanya sekali dilakukan pada setiap tahun,
namun tuntutan itu akan semakin ketat. Setiap karyawan akan dituntut untuk
mampu mengadakan internalisasi prestasi dalam diri individu, melalui teknologi
pengelolaan kinerja. Situasi seperti ini mungkin saja menjadi ancaman bagi
karyawan dengan kepribadian tertentu.
Berikut adalah
tantangan teknis dalam pengembangan manajemen kinerja yaitu:
- Variabel-variabel tertentu, misalnya nilai inovasi, belum memiliki ukuran yang tepat.
- Kesulitan membedakan antara kinerja yang akan datang dan kinerja yang telah lewat.
- Kesulitan menentukan benchmarking atau pesaing.
- Kesulitan menyelaraskan antara indikator finansial dan non-finansial.
- Kurang adanya konsistensi antar unit usaha dan antar wilayah
- Kurang adanya penyaringan berbagai kepentingan stakeholder.
- Kurang adanya penggunaan angka yang tepat dalam pengukuran.
- Tidak adanya identifikasi indikator kunci tentang prestasi kerja.
Tulisan ini adalah
ringkasan materi presentasi dari H.S. Thayf, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Hasanuddin Makasar. Presentasi ini dilakukan pada Seminar Nasional
Multi Disiplin yang diselenggarakan oleh Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
Pelaksanaan seminar dilakukan pada 4 November 2017 di ruang seminar UP45.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji