EDUKASI
BIJAK SAMPAH SEJAK DARI RUMAH
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
Sampah
adalah masalah, namun juga bisa menjadi sumber inspirasi. Apa pun pilihannya,
tetap saja masyarakat harus mempelajarinya dengan detil. Bila menganggap sampah
sebagai masalah, maka masyarakat hendaknya mempelajari beberapa hal yakni: (1)
Jumlah sampah yang semakin lama semakin banyak. Jumlah sampah berkorelasi dengan
jumlah penduduk. (2) Jenis sampah semakin sulit terurai di alam, sehingga alam
menjadi semakin rusak. (3) Perilaku penduduk semakin tidak peduli pada sampah
sehingga Pemerintah menjadi semakin kewalahan mengelola sampah. Bila menganggap
sampah sebagai sumber inspirasi, maka permasalahan yang dihadapi masyarakat
adalah ‘makanan lezat’ bagi para penulis, peneliti dan pelayan masyarakat. Bisa
juga sampah merupakan inspirasi bagi para pemulung, pengepul, dan orang-orang
kreatif yang bisa mengolah sampah menjadi ‘emas’. Persoalan yang berhubungan
dengan strategi mempelajari sampah adalah orang-orang tidak mengetahui
bagaimana cara yang murah, mudah dan aman dalam mendapatkan ilmu tentang
pengolahan sampah. Beruntunglah, organisasi yang bernama Project B Indonesia
menawarkan kuliah online tentang sampah. Berikut materinya.
Gambar
di atas memperlihatkan proyeksi timbulan sampah di Indonesia. Ternyata timbulan
sampah berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk, yang mana semakin banyak
jumlah penduduk maka akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Berdasarkan
data dari Statistik Lingkungan Hidup (SLH) tahun 2018 dan 2019, bahwa tahun
2016 timbulan sampah yang dihasilkan oleh penduduk di indonesia mencapai 65,2
juta ton atau 216,1 juta m3 dengan asumsi
setiap orang menghasilkan sampah 0,68 kg/hari atau 2,26 liter/hari.
Sedangkan untuk tahun 2020 diperkirakan timbulan sampah penduduk indonesia
mencapai 66,8 juta ton atau 222,5 juta m3. Proyeksi jumlah penduduk dari data
Badan Pusat Stastistik (BPS) memprediksikan bahwa penduduk indonesia pada tahun
2025 mencapai 284, 8 juta jiwa, sehingga apabila kita hitung timbulan sampah
yang akan dihasilkan mencapai 70,7 juta ton (235,6 juta m3).
Bahkan
pada tahun 2025 World Bank memprediksi timbulan sampah per orang pada tahun tersebut
mencapai 1,42 kg. Jadi, bila dihitung timbulan sampah di Indonesia akan mencapai
147,6 juta ton/tahun atau 492 m3/tahun pada 2025. Mungkin saja timbulan sampah
di Indonesia menjadi 2 kali lipat dari perkiraan awal tadi.
Sampah
yang dihasilkan masyarakat akan berakhir di berbagai tempat yakni sungai, di
dalam tanah, atau ke udara karena sampahnya dibakar. Di kota-kota besar, sampah
dilayani dengan cara diangkut oleh petugas sampah dan kemudian sampah dibuang
ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir).
Gambar
ini menunjukkan potret kondisi sebagian TPA yang ada di Indonesia. Pada banyak
TPA, selain ada pemulung ternyata juga ada sapi yang memakan sampah. Bahkan
jumlah sapi di TPA tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah
pemulungnya.
Sampah
yang ada di TPA, pada umumnya masih tercampur. Masyarakat masih mencampur sampah
organik dan anorganik dalam kantung plastik yang mereka serahkan kepada petugas
sampah. Untuk mengelola sampah yang tercampur-campur itu, perlu diketahui
komposisi sampah. Komposisi sampah di Indonesia sebagian besar adalah sampah
organik (lebih dari 50%). Bahkan berdasarkan data Adipura tahun 2016 sampah
organik yang berupa sisa makanan mencapai 40% dan kayu ranting daun 17%.
Siapa
penghasil sampah? Data KLHK menunjukkan bahwa Rumah Tangga menyumbang timbulan
sampah terbesar (48%), pasar tradisional (24%), kawasan komersial (9%), jalan (8%),
kantor (6%), sekolah (4%) dan lainnya (1%).
Bahkan
dari data SIPSN 2018 menunjukkan sumber sampah dari RT lebih dari 50% ada di Provinsi Banten, DIY
dan DKI Jakarta. Ternyata Rumah Tangga menjadi penyumbang terbesar untuk
produksi sampah.
Betulkah
rumah kita yang ukurannya tidak seberapa dibandingkan dengan industri dan
kegiatan lain akan menghasilkan sampah begitu besar?
Mari
kita bayangkan sejenak, bagaimana rumah kita bisa berkontribusi dalam jumlah
sampah yang begitu besar. Pada halaman rumah, sampah apa saja yang ada di sana?
Sampah daun, ranting, potongan rumput, pot bekas, tanaman kering dan lainnya.
Itu baru sampah di halaman/pekarangan rumah saja. Pada ruang tamu, ruang makan,
ruang keluarga, kamar tidur, kamar mandi, garasi dan ruang lainnya, semuanya berpotensi
menghasilkan sampah. Jenis sampah misalnya kertas, plastik, kaleng, puntung
rokok, potongan makanan, dan sampah organik lainnya. Ini menjadi bukti bahwa aktivitas
penghuni rumah akan mempengaruhi kuantitas sampahnya. Semakin kompleks
aktivitasnya, maka semakin kompleks pula sampah yang dihasilkan.
Bagian rumah yang potensi sampahnya melebihi ruang lainnya adalah
dapur. Jumlah sampahnya luar biasa banyaknya. Bila kegiatan di dapur
dihentikan, maka penghunirumah tidak akan bisa memenuhi kebutuhan pangan
keluarga dengan baik dan sehat. Jadi kegiatan di dapur bukan diberhentikan tetapi
dikelola agar lebih baik. Jika si penguasa dapur bisa diajak terlibat dalam
pengelolaan sampah, pastilah rumah tersebut akan berhasil dalam mengurangi
jumlah sampahnya yang luar biasa banyaknya.
Siapa penguasa dapur tersebut?
Penguasa dapur adalah semua penghuni rumah tersebut. Bila ingin mengelola
sampah dapur, maka pilihannya adalah peduli, atau biarkan saja. Pada umnya
masyarakat memilih membiarkan sampah begitu saja. Alasannya adalah sampah sudah
ada yang mengurusi. Jadi cukup tempatkan sampah begitu saja di depan rumah,
nanti petugas sampah akan mengambilnya. Peran penghuni rumah adalah cukup
dengan membayar uang sampah pada setiap bulannya. Bijakkah pilihan tersebut?
Harapan terhadap peserta kuliah online sampah ini adalah
peserta mulai berpikir tentang dampak sampah. Oleh karena itu, marilah menyampah
dengan tanggung jawab. Mengapa menyampah? Hal ini karena sampah tidak bisa dihilangkan.
Sampah akan tetap ada selama manusia beraktivitas.
Bagaimana cara bertanggung jawab
terhadap sampah yang dihasilkan? Cara yang paling jitu adalah mengurangi
kuantitas sampah. Bagaimana cara mengurangi sampah yang dihasilkan diri
sendiri? Caranya yakni dengan mengamati kantung sampah milik diri sendiri.
Kantung sampah milik diri sendiri adalah awal dari sampah di kota. Hal ini akan
dibahas dengan detil melalui teori EBISIDI (ABCD). Berikut materinya.
EBISIDI
atau Edukasi Bijak Sampah sejak Dari rumah. EBISIDI juga merupakan rangkaian
kata: ABCD yang merupakan singakatan dari Amati,
Belajar, Coba dan Cari, Dilakukan dengan konsisten. Berikut penjelasan
masing-masing akronim.
A
adalah Amati. Sebelum melakukan
perubahan perlulah diketahui apa yang akan diubah, mengapa harus berubah, dan
berbagai pertanyaan lainnya. Untuk menjawabnya, maka hal yang bisa dilakukan pertama
kali adalah kegiatan mengamati. Apa saja yang di amati?
1)
Amati perlakuan kita selama ini terhadap sampah. Adakah peserta
kuliah ini yang membakar sampahnya selama ini atau mengubur sampahnya? Mungkin
pertimbangannya karena lahannya masih luas, sehingga sampah dikubur saja. Adakah
peserta yang sampahnya diambil oleh petugas sampah? Kalau sampah diangkut
petugas, kemana sampah itu dibawa? Tanyakan pada petugasnya, jika perlu
dicatat. Ini penting, karena jangan-jangan sampah tersebut didibakar di
rumahnya petugas sampah. Bila hal itu benar, maka sampah hanya pindah lokasi
bakar saja.
2)
Amati jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari. Mungkin 1
kantong besar, kecil, atau sedang. Disarankan, sampah tersebut ditimbang dengan
menggunakan timbangan roti. Mengetahui jumlah sampah yang dihasilkan adalah
langkah penting terhadap pembentukan perilaku selanjutnya.
3)
Selanjutnya amati jenis sampahnya. Sampah organik, plastik,
kertas, kaleng, kaca, atau lainnya yang menjadi dominan sampah dalam rumah.
4) Tulislah 4 jenis sampah yang paling
banyak dihasilkan dari rumah masing-masing. Juga catat sumber sampah seperti
pada tabel di bawah ini.
Hasil dari kegiatan mengamati adalah menyadarkan kita semua
bahwa kita penghasil sampah yang sangat banyak jumlahnya. Jenis sampahnya juga
sangat beragam. Selain itu, kita juga sering abai terhadap ‘nasib’ sampah.
Buktinya kita tidak mengetahui perjalanan sampah. Hal ini karena yang
diutamakan adalah rumah diri sendiri bersih dari sampah. Padahal sampah itu
menjadi tanggung jawab setiap orang.
B adalah
Belajar. Kesuksesan pengelolaan sampah
di rumah adalah dengan belajar. Artinya setiap orang hendaknya bersedia belajar
kapan saja dan dimana saja tentang pengolaan sampah. Apa yang harus dipelajari?
Butir penting yang bisa dipelajari yakni jenis-jenis sampah yang seharusnya
bisa dikurangi atau dihindari untuk dihasilkan. Hal ini karena sangat banyak
jenis sampah yang sulit untuk didaur ulang.
Gambar tersebut memperlihatkan jenis-jenis sampah yang harus
dikurangi. Bila tidak bisa dikurangi, maka harus dicari alternatif
penggantinya. Pola penggunaan barang-barang pengganti juga harus dipelajari.
Jadi tidak hanya mengganti tetapi pola penggunaannya juga harus berubah.
Apa saja yang harus dipelajari tentang pola penggunaan
barang-barang pengganti? Cobalah ganti tas kresek dengan tas kain. Agar proses
penggantian itu berjalan lancar maka tas kain tersebut harus selalu tersedia di
tas sekolah kita, dan keadaannya juga harus bersih dan rapi. Artinya, tas kain
yang digunakan harus bisa digunakan berulang kali, tidak seperti kresek yang
selama ini hanya 1 kali digunakan. Bila tas kain hanya digunakan 1x lalu
dibuang, berarti sama saja kita menghasilkan sampah.
C
adalah Coba dan Cari. Dalam kegiatan C ini, cobalah amalkan ilmu yang sudah
dipelajari. Misalnya, cobalah lakukan pemilahan sampah dari rumah sendiri,
cobalah mengurangi sampah sehari-hari, cobalah mengolah sampah, coba dan coba
terus.
C
selanjutnya adalah Cari. Carilah
Bank Sampah terdekat dengan rumah kita. Ini penting karena Bank Sampah merupakan
mitra kita untuk mengolah sampah. Tidak semua sampah bisa digunakan kembali
(reuse) atau didaur ulang (recycle). Oleh karena itu, sampah-sampah tersebut
harus dibawa ke Bank Sampah. Carilah informasi tentang waktu beroperasinya Bank
Sampah, jenis-jenis sampah yang diterima, bagaimana pencatatan sampah yang
disetorkan, dan informasi lainnya.
D
selanjutnya adalah dirutinkan, diceritakan, dishare, dicatat, dan yang pasti
dilakukan dengan senang hati. Artinya semua kegiatan di atas mulai dari amati, belajar,
cari dan coba, hendaknya dilakukan dengan konsisten. Konsistensi bisa tercapai
bila dilakukan dengan hati senang.
Jangan
tunda, lakukan sekarang juga, apapun yang bisa dilakukan. Mumpung kita lebih
banyak di rumah saat ini karena pandemi Covid-19.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji