PENGELOLAAN
SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA PEMBUATAN KOMPOS
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
Kuliah online yang dikelola oleh Project B Indonesia juga membahas
tentang pengelolaan sampah organik. Kuliah dilaksanakan pada 9-10 Mei 2020,
dengan melalui WA. Pesertanya berasal dari seluruh Indonesia, karena sampah
sudah menjadi isu nasional bahkan internasional. Kuliah tentang kompos ini
dibawakan oleh Yebi Yuriandala, Co-founder Project B Indonesia. Kuliah tentang
kompos ini materinya sangat menarik, karena beliau mampu menjawab semua
pertanyaan peserta dengan tuntas. Hal ini karena beliau dalam kehidupan
sehari-hari juga membuat kompos, sehingga semua pertanyaan yang tidak ada di
buku-buku atau youtube, berhasil dijawab dengan menarik. Berikut materinya:
Pengelolaan sampah organik yang paling sederhana adalah dengan membuat kompos. Cara pertama dan paling sederhana dalam membuat kompos adalah metode Jugangan atau pembuatan lubang di halaman. Berikut gambarnya:
Apabila lahan yang dimiliki terbatas, maka cara kedua bisa digunakan.
Cara ketiga adalah untuk mendapatkan kompos cair dan padat sekaligus. Berikut gambarnya:
Bila lahan yang dimiliki sangat sempit, maka metode pembuatan kompos yang paling sesuai adalah Biopori. Biopori juga berfungsi pagi pemilik rumah untuk ‘menabung air’ atau konservasi air. Berikut gambarnya:
Materi berikut adalah tanya jawab seputar sampah.
Kapur tani / dolomit.
Ø Dolomit
atau kapur dolomit mengandung kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO). Dolomit
diberikan pada kompos bila kompos terlalu asam. Pemberian dolomit biasanya
10% dari berat kompos atau sampah bahan baku kompos. Pemberian bisa di awal
ataupun di akhir
Ø Beberapa
manfaat dolomit untuk tanah:
(1)
Meningkatkan pH tanah dan menetralkan
kadar keasamannya
(2)
Memperbanyak unsur hara di dalam tanah
(3)
Menetralisir tanah dari senyawa
beracun
(4)
Menambah populasi mikroorganisme.
(5)
Merangsang pertumbuhan akar tanaman.
(6)
Menghijaukan tanaman.
(7)
Menaikkan produktivitas dan kualitas
panen.
(8)
Menyediakan unsur Ca dan Mg.
(9)
Menetralkan unsur Al.
(10)
Membunuh bibit penyakit
|
Serangga pada kompos
§ Untuk
basmi serangga pada kompos, gunakan eco-enzim, yang bisa diproduksi sendiri. Eco
Enzyme adalah hasil dari fermentasi sampah organik dari sisa atau kulit buah
dan sayuran, gula (bisa gula pasir, gula coklat, gula merah atau gula tebu),
dan air. Eco enzyme mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan
enzim yang berguna dengan menggunakan sampah buah atau sayuran. Cairan ini bisa
menjadi anti virus, anti bakteri dan anti jamur, pembersih rumah, maupun
sebagai pupuk alami dan pestisidia yang efektif. Cara Membuat Eco Enzyme yakni:
§ Bahan: (1) 500 ml air. (2)
50 gram gula pasir (bisa juga dengan gula merah). (3) 150 gram kulit buah/ sisa
buah yang baru. Semakin segar hasilnya semakin bagus. Gunakan Rumus 10 : 1 : 3
= Air : gula : Sampah Buah/ sayur
§ Cara membuatnya: Larutkan
gula didalam air masukan kedalam botol, kemudian campurkan kulit atau sisa buah
. Ditutup yang rapat.
§ Prosesnya:
Simpan di tempat yang kering dan sejuk dengan suhu dalam rumah. Biarkan selama
1-2 Minggu dan buka setiap hari di minggu pertama, kemudian 2-3 hari sekali,
kemudian seminggu sekali. Semakin lama kualitas Eco Enzyme semakin bagus.
Wanginya juga menyesuaikan dengan jenis buahnya. Pada minggu pertama akan ada
banyak gas yang dihasilkan. Kadang ada lapisan putih di permukaan larutan. Saat
panen saring eco enzyme dengan
menggunakan saringan. Eco enzyme sudah bisa dimanfaatkan dengan bau wangi buah
yang difermentasi. Residunya juga bisa dikeringkan, kemudian diblender untuk
jadi kompos.
§ Manfaat
lain eco enzyme:
Ø Karena
kandungannya, eco Enzyme memiliki banyak cara untuk membantu siklus alam
seperti memudahkan pertumbuhan tanaman (sebagai fertilizer).
Ø Sebagai
penolak serangga alami seperti semut dan serangga lainnya.
Untuk merangsang hormon tanaman,
sehingga kualitas buah dan sayuran naik dan meningkatkan hasil panen.
POC terlalu lama disimpan
Ø POC
yang disimpan terlalu lama tidak akan berubah kualitasnya, asal tidak
ditambah bahan apa pun. POC dari jeruk saja / kulit durian saja kurang baik.
POC hendaknya dari beberapa sumber (sayuran, gedebok pisang, kulit
buah-buahan dll) untuk memperkaya unsur hara mikro seperti Fe, Mn, Br, dll.
|
Garden waste / Sampah
kebun.
Ø Metode
yang digunakan yakni jugangan dan metode open windrow. Metode ini biasanya
digunakan untuk pengomposan skala komunal (dari beberapa RT).
|
Sampah
tulang dan daging
Ø Sampah
tulang dan daging bisa ditumbuk dahulu untuk memperkecil ukuran bahan baku
kompos. Hal ini akan memper cepat proses pengomposan berlangsung, apalagi
kalau ditambahkan Mikroorganisme Lokal (MOL)/ Eco Enzim/ EM4. Untuk menaikkan
kualitas kompos maka bahan sampah tidak hanya 1 jenis saja / beragam.
Tujuannya adalah untuk memnuhi unsur hara mikro yang terkandung pada kompos.
|
Aroma kompos.
Ø Rempah-rempah
untuk membuat wangi kompos, kami belum punya referensi.
Ø Kompos
bisa wangi bila metode pengomposannya vermikompos (menggunakan cacing). Di
Yogya, metode ini dikembangkan oleh Bapak Puji di Berbah. Cara pembuatan vermikompos
yakni:
(1) Kumpulkan
sampah organik, misalnya rumput-rumputan, jerami, sampah daun, sisa sayuran,
atau sisa makanan (sampah rumah tangga). Sampah jenis ini umumnya mengandung
unsur C. Kotoran ternak juga bisa dipakai. Kotoran ini digunakan sebagai
sumber N. Jika tidak ada kotoran ternak, maka gunakan tanaman jenis
polong-polongan.
(2) Cacah
(potong-potong menjadi bagian yang lebih kecil) rumput-rumputan, jerami,
sampah daun, atau sisa sayuran, kemudian campurkan. Pencacahan dan
pencampuran ini bertujuan agar bahan menjadi lebih homogen dan pengomposan
akan relatif lebih cepat.
(3) Susun/tumpuk secara bergantian antara sampah dedaunan
dan kotoran ternak. Volume (p x l x t) tumpukan ini kira-kira 1m x 1m x 1m.
(4) Tutup
dengan terpal/karung beras/trash bag/bahan yang mampu menahan air.
(5) Aduk
3 hari sekali hingga 2 minggu.
(6) Kompos
dasar telah jadi setelah kira-kira 2 minggu dan siap digunakan sebagai media
cacing.
(7) Kompos
yang sudah jadi dimasukkan ke dalam ember/wadah yang memadai.
(8) Masukkan
cacing ke dalam wadah tersebut. Biarkan selama kira-kira 2 minggu.
(9) Vermikompos
siap digunakan
Atau ada juga yang langsung mencampurkan sampah organik,
kompos matang dan cacing secara langsung di awal proses pengomposan
|
Waktu panen kompos.
Ø Semakin
kecil ukuran bahan baku (sampah) yang akan dikomposkan, maka akan semakin
cepat proses penguraiannya menjadi kompos. Untuk memastikan waktu panen
kompos / kompos sudah matang atau belum, maka 3 hal perlu diamati:
1.
Warna
Kompos. Kompos yang sudah matang memiliki warna coklat
kehitam-hitaman atau seperti warna tanah. Warna kompos yang seperti ini
menyerupai tanah sudah bisa langsung digunakan untuk media tanam.
2.
Bau.
Kompos yang sudah matang memiliki bau seperti tanah, atau ada juga yang harum
dan tidak beraroma tajam. Kalau masih ada bau yang tidak sedap maka bisa
dikatakan kompos masih mengalami proses fermentasi.
3.
Penyusutan.
Kompos yang sudah matang biasanya mengalami penyusutan 20-50% dari volume atau
bobot awalnya. penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan
tingkat kematangan kompos
Ø Untuk
metode takakura, kompos bisa dipanen dalam waktu 1 minggu, bila sampahnya sudah
tercacah sangat kecil. Bahkan sekarang sudah ada teknologi yang bisa mengolah
sampah sisa makanan kecuali tulang menjadi fertilizer dalam waktu 24 jam. Teknologi
itu adalah zera food recycler. Alamatnya:
This
speedy composter turns food one day into fertilizer the next. The W labs by
Whirlpool Corporation Zera Food.
https://www.youtube.com/watch?v=6mIGelhAxT8
|
PH sampah, sekam bakar,
dolomit.
Ø Kasus
yang sering terjadi pH kompos menjadi asam, sangat jarang menjadi basa. Untuk
menstabilkan pH 6-8 biasanya dilakukan dengan penambahan dolomit.
Ø Fungsi
sekam bakar adalah sebagai penyerap air berlebih pada proses pengomposan.
Materi yang ditambahkan agar proses pengomposan tetap kering adalah sekam
padi/ serbuk gergaji. Bila sampah mengandung air, maka akan muncul belatung. Takaran
sekam bakar disesuaikan dengan kadar air yang timbul dalam proses
pengomposan.
|
Toko yang mengijinkan
konsumen membawa bungkus sendiri.
Ø Toko
dengan konsep bulk store ini memang sedang trend di kalangan zerowaser. Ini karena
konsumen dapat membawa tempat sendiri, memilih produk, menimbang, dan membayar
tanpa ada kantong/kemasan yang digunakan kecuali yang dibawa sendiri dari
rumah.
Ø Di
Yogya, namanya Peony Ecohouse, Green Mommy Jogja, Aromatics Store and Bakery,
Samara Eco House, Ranah Bhumi.
(1)
Peony Ecohouse https://goo.gl/maps/miY1yapywf66NnHw6
(2)
Green Mommy Jogja https://g.page/green-mommy-jogja?share
(3)
Samara Eco House https://goo.gl/maps/6Zhf3ba9MzvzuMf8A
(4)
Ranah Bhumi https://g.page/ranah_bhumi?share
Ø Di
luar Yogya, https://zerowaste.id/tipe-minim-sampah/bulk-store/.
Link tersebut menyediakan 32 lokasi bulk store atau bisa juga tanyakan Google : Bulk store di
kota Anda masing-masing.
|
Sampah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun).
Ø Contoh
sampah B3 yakni baterai, lampu, insektisida, deodoran, semir sepatu hingga
barang-barang elektronik. Sesuai regulasi, sampah-sampah jenis ini harus
terpisah dari sampah domestik yang diangkut oleh petugas. Pertanyaannya, lalu
kemana sampah jenis ini akan kita bawa setelah dipilah di rumah?
Ø Mekanisme
pengelolaannya belum ada. Sangat sedikit Instansi pemerintahan yang mampu
mengelola ini, salah satunya Dinas Lingkungan Hidup DKI yang telah mampu
mengumpulkan sampah B3 ini dari masyarakat, namun belum sepenuhnya. Propinsi
lain belum ada peraturannya.
Ø Gerakan
masyarakat bernama EwasteRJ yang diinisiasi oleh seorang anak bernama Rafa
Jafar (RJ), ternyata sangat produktif dalam mengelola sampah B3 ini. Alamat
instagramnya @EwasteRJ. Komunitas EwasteRJ ada di berbagai kota yang juga berfungsi
sebagai dropbox (tempat meletakkan sampah B3).
|
Pengolahan sampah di TPA.
Ø Sampah
dari rumah dibawa petugas ke TPA. Dulu, TPA adalah singkatan dari Tempat
Pembuangan Akhir, tapi semenjak keluarnya Undang Undang 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, istilah TPA berganti menjadi Tempat Pemrosesan Akhir.
Ø Ada
kata pemrosesan, berarti seharusnya sampah diolah dulu. Sisa sampah (residu) yang
benar-beanr sulit untuk diolah akan diurug (dikembalikan) ke dalam tanah
dengan cara yg aman. Namun, keterbatasan pendanaan menjadi tantangan untuk
pengelolaan yang baik.
|
Regulasi
Pemerintah tentang sampah, serta sanksinya.
Ø Pemerintah
sangat memerhatikan pengelolaan sampah, sehingga lahir UU RI No. 18 / 2008
tentang Pengelolaan Sampah. Hal ini dipicu oleh berbagai tragedi yang terjadi
karena salah kelola sampah. Perhatian Pemerintah juga tercermin pada Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahkan ada Dirjen yang khusus mengurusi
tentang sampah. Peraturan-peraturan lainnya juga banyak yakni mengatur Bank
sampah, pembatasan kantong plastik, gerakan pilah sampah dari rumah, hingga berbagai
target nasional dan daerah dalam pengelolaan sampah guna mewujudkan Indonesia
bebas sampah 2025.
Ø Dalam
peraturan-peraturan tersebut, sanksinya sudah tertulis dengan jelas.
Sayangnya, aplikasi peraturan di masyarakat ternyata masih lemah.
Ø Namun,
jangan pantang menyerah. Karena sampah menjadi tanggung jawab bersama. Point
keberhasilan pengelolaan sampah ada di penghasilnya. Jika penghasil sudah
bisa menerapkan sistem yang baik, otomatis pengelola (pemerintah) menjadi
lebih mudah untuk bergerak.
|
Perilaku Takeaway
Customer.
Ø Takeaway
menjadi tantangan untuk pengusaha kuliner. Makanan harus dibungkus rapi dan
higienis.
Ø Dari
versi costumers: (1) Warung yang ramah lingkungan, harga makanan yang
dibungkus sedikit lebih mahal sekitar Rp. 1.000 – Rp. 2.000. Harga tersebut
untuk mengganti kemasan yang ramah lingkungan. Jadi ada pesan ‘hijaunya’.
Ø (2)
Ada warung yang tidak menerima takeaway. Bila ada makanan bersisa harus bawa
tempat sendiri. Ini untuk mendidik customer kalau makan harus bertanggung
jawab. Kalau sekiranya tidak bisa makan banyak, maka porsinya dikurangi
(menakar kemampuan diri dalam mengkonsumsi suatu makanan). Minumnya
menggunakan stainless straw dan gelasnya dari kaca bukan dari kertas. Jadi
mindset customer ternyata bisa diubah di warung tersebut. Ini bentuk
perhatian warung makan terhadap kelestarian lingkungan.
|
Sabun ramah lingkungan.
ü Sabun
Sunl*ght memang punya klaim paling ramah lingkungan. Sabun ini juga dipakai
di Workshop Project B Indonesia. Belum ada sabun merek lainnya yang setara.
ü Sabun
dari lerak. Cukup membantu (ramah lingkungan) dan bisa diproduksi sendiri, namun,
untuk kemasan yang perlu penanganan hard washing akan sedikit terkendala.
ü Hubungi
Rumah Inspirasi Jogja, yang punya
beberapa sabun yang ramah lingkungan.
|
Diapers
/ popok bayi.
Ø Gunakan
popok dari kain sehingga bisa dicuci dan digunakan lagi. Dampak lingkungan
kecil, meskipun agak merepotkan dan tidak praktis terutama kalau bepergian.
Tidak menimbulkan alergi pada bayi.
Ø Popok
dari toko / plastik. Praktis, mudah, namun menimbulkan dampak serius pada
lingkungan. Diapers termasuk sampah B3 karena memiliki sifat infeksius.
Kegiatan mengelola sampah diapers butuh ijin yang panjang prosesnya.
Ø Ada
gerakan masyarakat yang mengelola diapers yang telah dipakai sendiri (bukan
milik orang lain karena risiko bahayanya tinggi). Contoh yang ada di youtube
adalah:
Ø Recycling
used diapers into a plant pot.
Ø https://www.youtube.com/watch?v=Ks-cG6rN73c
|
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji