Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

HAMA TIKUS : Fenomena yang Dianggap Tabu sebagian Petani



Singgih Purwanto
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Foto : Istimewa
Pertanian adalah salah satu sektor mata pencaharian manusia, sekaligus suatu usaha dalam memenuhi kebutuhan pokok manusia, yaitu pangan. Namun sayang, akhir-akhir ini sering muncul berbagai masalah disektor yang menjadi sumber pangan manusia. Masalah-masalah itu seperti tiada habisnya, mungkin akan terus ada adalah masalah hama. Banyak jenis-jenis hama yang menyerang pertanian, salah satunya yang sedang populer di daerah Cawas-Klaten dan sekitarnya saat ini adalah hama tikus.
Sebagian masyarakat dan petani di daerah cawas, menganggap hama tikus sebagai suatu kiriman ‘Ratu penguasa pantai selatan’ dan mereka menyebutnya dengan istilah ‘raden bagus’. Saya pun tidak mengerti apa maksudnya itu semua. Saya kadang merasa heran, anak sendiri saja tidak pernah dipanggil ‘den bagus’, kenapa tikus saja dipanggil seperti itu?. Sebagian mereka yang menyebut demikian karena secara psikologis mereka sudah cukup jengkel dengan hama satu ini, mulai dari populasinya yang kian meningkat drastis dan juga sudah kebalnya tikus ini dengan sejumlah racun yang mereka berikan. Entahlah, saya mencoba mengutarakan yang ilmiah saja.
Tikus merupakan salah satu hewan mamalia (menyusui anaknya), tikus juga termasuk hewan pengerat (rodent) inilah yang membuat tikus harus terus mengasah giginya yang akan terus tumbuh untuk mendapatkan ukuran yang pas. Hewan ini menjadi hama yang spesial bagi pertanian, khususnya padi, karena hewan ini menyerang dari mulai persemaian hingga masa panen dan dalam penyimpanan (gudang). Itulah kenapa disebut hama spesial, karena hewan pengerat ini menjadi hama padi dalam satu siklus perkembangbiakan padi.

Tikus mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan dimana dia tinggal. Hewan ini juga termasuk hewan yang produktif,”tikus betina mengandung selama 21 hari dan menyusui anaknya dalam waktu 21 hari. Tikus bisa mengandung dan menyusui dalam waktu bersamaan, dan tikus tersebut kawin lagi hanya dalam selang waktu 48 jam setelah melahirkan”.(Meehan,1984) dari http://bbpadi.litbang.deptan.go.id. Itulah kenapa hewan ini semakin pesat populasinya sehingga sangat merepotkan bagi pertanian.
Populasi tikus yang semakin meningkat juga harus dibarengi dengan langkah pemberantasannya. Langkah pemberantasan yang sering digunakan adalah dengan penggeropyokan masal dan dengan racun (rodentisida). Namun belakangan ini rodentisida sudah kurang efektif lagi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tikus tidak mempan terhadap racun (rodentisida) yang diberikan, antaralain adalah 1)waktu,jenis dan penempatan umpan, 2) dosis yang diberikan. Seperti yang telah dijelaskan oleh BB PADI (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi), “Kemanjuran pengumpanan menggunakan rodentisida sangat dipengaruhi oleh waktu pengumpanan, jenis umpan dan penempatannya. Dimana waktu yang dirasa tepat untuk melakukan pengumpanan adalah ketika dihabitat (lahan pertanian) sudah tidak ada lagi tanaman padi (bera) sampai padi vegetative (padi anakan). setelah periode padi generatif(padi bunting) tikus  lebih sulit diumpan menggunakan rodentisida, karena tikus lebih condong memakan tanaman padi yang ada. Penggunaan rodentisida sebagai langkah pengendalian hama tikus sebaiknya ditempatkan sebagai alternatif terakhir, karena  sifat rodentisida dapat mencemari lingkungan. Cara pengaplikasiannya pun harus tepat dan sesuai dosis anjuran sehinga mendapatkan hasil yang maksimal.” dari http://bbpadi.litbang.deptan.go.id. Sesuai penjelasan di atas bahwa penggunaan rodentisida     mempunyai efek yang tidak sehat bagi lingkungan, bahkan manusia. Selain itu penggunaan yang tidak sesuai dosis dan di ulang-ulang hanya akan membuat tikus tersebut kebal terhadap racun yang diberikan.
Cara yang paling efektif mencegah populasi tikus yang semakin meningkat adalah dengan penggeropyokan masal. Cara ini dianggap cukup efektif karena dapat membasmi tikus hingga ke sarang-sarangnya dari induk hingga anak-anaknya. Penggeropyokan masal biasanya dilakukan pra tanam atau pasca panen, dalam masa itu lahan pertanian dalam keadaan bera,sehingga lebih leluasa dalam pelaksanaannya.

Daftar Pustaka

Post a Comment

0 Comments